Pendahuluan
Ketika kita
mengemudikan kendaraan di jalan raya kita terikat dengan aturan rambu-rambu
lalu lintas yang ada. Traffic light, bila menunjukkan lampu merah,
mengharuskan kita untuk berhenti dan mempersilahkan jalur lain untuk berjalan,
dan bila lampu hijau hidup kita boleh melintas dan jalur lain berhenti. Ketika
mengikuti aturan itu, kita berharap pengemudi lain juga memahami traffic
light sebagaimana yang kita pahami sekaligus mau mengikuti pesan yang
disampaikan traffic light tersebut. Bila ternyata pengemudi lain
mempunyai pemahaman yang berbeda tentang makna warna lampu-lampu tersebut, maka
akan terjadilah clash atau konflik.
Konflik
Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai tempat di mana
kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah
sejumlah contoh konflik yang sedikit banyak dipicu oleh perbedaan konsep
di antara kedua agama ini. Perang Salib (1096-1271) antara umat Kristen Eropa
dan Islam, pembantaian umat Islam di Granada oleh Ratu Isabella ketika mengusir
Dinasti Islam terakhir di Spanyol, adalah konflik antara Islam dan Kristen yang
terbesar sepanjang sejarah. Catatan ini, mungkin akan bertambah panjang, jika
intervensi Barat (Amerika dan sekutu-sekutunya) di dunia Islam dilampirkan pula
di sini. Perang antara Israel yang Yahudi dengan Palestina yang Muslim adalah
contoh lain dari konflik antar umat beragama yang masih belum selesai hingga
hari ini. Pembantaian umat Yahudi oleh Nazi yang notabene adalah adalah
konflik terbesar antara pemeluk agama Yahudi dan Nasrani Pandangan stereotip
satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul
bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya
saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru
masing-masing, dan sebagainya. Umat Islam dipandang sebagai umat yang
radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran yang, boleh
jadi terdapat pada umat. Sementara umat Kristen dipandang sebagai umat yang
agresif dan ambisius yang bertendensi menguasai segala aspek kehidupan dan
berupaya menyebarkan pesan Yesus yang terakhir, “Pergilah ke seluruh dunia dan
kabarkanlah Injil kepada seluruh makhluk!” (Martius 16: 15)
Pengertian
Konflik
Secara
etimologi, konflik berasal dari kata kerja Latin confligere yang berarti saling
memukul. Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan,
perselisihan, pertentangan. Secara terminologi, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Menurut para ahli, konflik adalah sebagaimana tersebut di
bawah ini:
- Berstein
Konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak
dapat dicegah. Konflik mempunyai potensi positif dan ada pula yang negative di
dalam interaksi social.
- Dr. Robert M.Z. Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status,
kekuasaan, di mana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
- Drs. Ariyono Suyono
Konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak
berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya
perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
- James W. Vander Zanden
Konflik adalah suatu pertentangan mengenai nilai atau
tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat pihak yang
saling berhadapan betujuan menetralkan, merugikan, ataupun menyisihkan lawan
mereka.
- Soerjono Soekanto
Konflik adalah proses social dimana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Penyebab
Terjadinya Konflik
Secara umum penyebab terjadinya konflik adalah sebagai
berikut:
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- · Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Agama Dan Konflik
Sejumlah
kerusuhan dan konflik sosial telah terjadi di berbagai kawasan di dunia.
Beberapa di antaranya berskala besar dan berlangsung lama, seperti konflik
Israel-Palestina, sengketa Kashmir, Perang Salib, Perang Bosnia, dan Holocaust.
Ada baiknya kita melihat sekilas satu persatu konflik-konflik tersebut di atas
agar bisa melihat gambaran yang jelas tentang konflik-konflik antara pemeluk
agama di dunia.
Perang
Salib mungkin adalah konflik terbesar antara umat Islam dan Kristen yang
tertoreh dalam sejarah dan tak kan pernah terlupakan. Kebencian antara kedua
pemeluk agama ini belakangan sering berakar pada peristiwa sejarah tersebut.
Meskipun potensi perbedaan dari sisi keagamaan sudah ada sebelumnya, namun
pengaruh perang salib memberikan kontribusi yang besar terhadap ketegangan umat
Islam dan Kristen.
Sebagian
besar pengaruh kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum
Muslim di Spanyol dan Sisilia. Berasal dari sekelompok tentara pengintai Islam
menyeberang dari Afrika Utara ke ujung paling selatan Spanyol pada Juli 710.
Laporan kegiatan mata-mata ini menimbulkan minat baru untuk menyerang. Spanyol
Islam dianggap mencapai puncak kekuasaan dan kemakmurannya pada masa kekhalifahan
Abd al-Rahman III (912 – 961). Keberadaan negara atau wilayah tidak lepas dari
gerakan-gerakan politik di dalamnya.
Gerakan
politik ini selalu melekat pada pemerintahan Islam di sepanjang sejarah,
termasuk Islam di Spanyol. Intrik-intrik ini membuat Spanyol Islam mengalami
pasang surut. Dunia Kristen Latin juga merasakan pengaruh Islam melalui
Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia terjadi pada tahun 652 di kota Sisacusa.
Akan tetapi pendudukan orang-orang Arab di Sisilia tidak berlangsung lama.
Kebangkitan kembali Kerajaan Byzantium mengakibatkan berakhirnya semua
pendudukan atas wilayah-wilayah penting. Byzantium menggandeng gereja untuk
menguasai wilayah-wilayah Islam. Peperangan dengan menggunakan atribut gereja
ini kemudian menjadi perang Kristen melawan Islam yang banyak menyita waktu.
Bila
kita cermati factor utama terjadinya perang salib, maka kita akan mendapatkan
bahwa alasan politik dan perluasan wilayah untuk menguasai sumber-sumber
alamlah yang menjadi dasarnya. Hal yang sama juga terjadi di Palestina, ketika
Inggris memberikan tempat bagi bangsa Israel untuk mendirikan negaranya di
tanah Palestina. Pertambahan imigran Yahudi ke Palestina semakin pesat karena
bangsa ini mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi di berbagai belahan
dunia, disamping keyakinan mereka bahwa tanah tersebut adalah janji tuhan yang
diperuntukkan bagi mereka. Kedatangan ini kemudian dimaknai sebagai agresi
orang luar terhadap bangsa Palestina yang merdeka. Pada gilirannya konflik
fisik pun terjadi dengan membawa bendera agama.
Tak berbeda
dengan kasus Indonesia, kajian-kajian yang telah dilakukan mengatakan bahwa
konflik di Maluku pada awalnya disebabkan oleh karena kesenjangan ekonomi dan
kepentingan politik. Eskalasi politik meningkat cepat karena mereka yang
bertikai melibatkan sentimen keagamaan untuk memperoleh dukungan yang cepat dan
luas. Agama dalam kaitan ini bukan pemicu konflik, karena isu agama itu muncul
belakangan.
Sumber :
Islamic
Studies
Amstrong,
Karen. Berperang Demi Tuhan. Bandung: Mizan. 2002 Husaini, Adian, MA,
Tinjauan
Historis Konflik Yahudi Kristen Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2004
Halking dan
Mukmin, Budi Ali. 2012. Bahan Ajar Ilmu
Politik. Medan: Fakultas Ilmu Sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar