Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata
derita. Kata derita berasal dari kata bahasa sansekerta “dhra” yang mempunyai
arti menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Intensitas penderitaan memiliki tingkatan, ada yang berat namun ada juga yang
ringan. Peranan individu juga turut menentukan berat tidaknya suatu
penderitaan. Suatu kejadian atau peristiwa yang dianggap sebagai penderitaan
oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan juga oleh orang lain.
Setiap orang pasti akan mengalami yang namanya penderitaan, itu karena hal
tersebut sudah menjadi resiko dalam hidup. Tuhan memberikan kenikmatan dan
kebahagiaan pada makhluknya dan pastilah Tuhan juga akan memberikan cobaan
berupa penderitaan dan kesedihan kepada makhluknya supaya mereka sadar agar
tidak lupa pada kebesaran sang pencipta-Nya. Bagi manusia yang kuat imannya dan
mengalami musibah, ia akan sadar dan segera bertobat kepada Tuhannya dan
bersikap pasrah pada nasib yang akan ditentukan oleh Tuhannya. Dalam sikap
pasrahnya, manusia akan memperoleh kedamaian dalam hatinya sehingga penderitaan
yang dialaminya secara berangsur-angsur berkurang dan bersyukur kepada Tuhannya
karena tidak memberikan cobaab yang lebih berat dari yang telah dialaminya.
Ada banyak penderitaan dalam lika-liku kehidupan manusia. Baik berupa
penderitaan fisik yang bisa diatasi secara medis untuk menyembuhkannya, maupun
penderitaan psikis yang penyembuhannya bergantung pada kemampuan si penderita
dalam menyelesaikan masalah-masalah psikis yang dialaminya.
Siksaan
Siksaan bisa diartikan sebagai
siksaan badan atau jasmani, dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Siksaan
yang dialami seseorang bisa juga disebut sebagai penderitaan. Di dalam
Al-Qur’an juga diterangkan berbgai jenis siksaan bagi orang-orang musyrik,
syirik, dengki dan sebaginya seperti yang tersebut di dalam surat Al-Ankabut
ayat 40: “masing-masing bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan karena
dosa-dosanya. Ada diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum
Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum
Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula
yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh”. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah
tidak akan menganiaya mereka, namun merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri karena dosa-dosa yang mereka lakukan.
Siksaan ada yang bersifat psikis,
misalnya kebimbangan. Kebimbangan dialami oleh seseorang bila tidak bisa
menentukan keputusan mana yang akan ia ambil. Lalu ada juga kesepian. Kesepiaan yang dialami oleh
seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau dalm jiwanya walaupun
ia berada didalam lingkungan yang ramai. Kemudiaan yang terakhir ketakutan. Ketakutan adalah bentuk lain
dari sesuatu yang dapat membuat seseorang mengalami siksaan batain. Bila rasa
takut itu dibesar-besarkan dan terkesan berlebihan, rasa takut itu disebut juga
sebagai phobia. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya phobia, diantaranya
:
.
Claustrophobia dan Agoraphobia. Claustrophobia merupakan rasa takut terhadap
ruang tertutup, sedangkan Agoraphobia
kebalikannya yaitu takut bila berada di tempat terbuka.
.
Gamang, yaitu ketakutan bila seseorang berada di tempat yang tinggi.
.
Kegelapan, yaitu ketakutan bila seseorang berada ditempat yang gelap.
.
Kesakitan, yaitu ketakutan akan rasa sakit yang dialaminya.
.
Kegagalan, yaitu rasa takut seseorang yang disebebkan karena ia merasa bahwa
apa yang akan dilakukan olehnya pasti akan mengalami kegagalan.
Kebanyakan phobia dimulai dengan suatu shock emosional atau tekanan pada
waktu tertentu, misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarganya, operasi
atau rasa sakit yang serius dan sebagainya.
Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang
dirasakan atau dialami oleh penderita dan setiap manusia akan selalu
mengalaminya. Rasa sakit dan siksaan merupakan rentetan sebab akibatnya. Karena
ada siksaan orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Banyak
hikmah yang bisa kita ambil dari rasa sakit, misalnya timbul rasa kasihan
terhadap penderita, adanya rasa keprihatinan manusia, rasa social, dapat
mendekatkan diri penderita kepada Tuhan, dll.
Sumber - sumber Penderitaan
Bila kita kelompokkan secara
sederhana berdasarkan sumber penderitaan, maka penderitaan manusia dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia
Penderitaan ini dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia
dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk dapat
diperbaiki dan manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
2. Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaan/azab Tuhan
Dalam mengatasi penderitaan ini manusia dapat berusaha
dengan kesabaran, tawakal, dan optimisme.
3. Terhadap orang lain
Perbuatan buruk manusia dapat menimbulkan derita bagi orang
lain yang sangat mengganggu phyisik dan phisikologi orang yang menderita.
4. Terhadap alam lingkungan
Perbuatan buruk manusia terhadap alam lingkungan juga
menjadi penyebab penderitaan bagi manusia lainnya, tetapi sayang manusia tidak
mau menyadari perbuatannya itu.
Upaya Menghindari Diri dari Penderitaan
Bagaimana cara mengatasi penderitaan
dan kegelisahan. Kita semua tahu bahwa penderitaan adalah menahan, menanggung
atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman pahit
yang tidak didambakan oleh setiap manusia, sedangkan kegelisahan adalah suatu
rasa tidak tentram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada
manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan dan kegelisahan.
Untuk menghindari dari penderitaan dapat dilakukan dengan cara yaitu berani
mengatasi kesulitan yang ada dan mengatasi masalah dengan tenang, berkomunikasi
kepada orang lain, melatih berfikir dan berbuat wajar. Untuk menghindari dari
rasa gelisah dapat dilakukan dengan cara mengambil hikmah dari satu pengalaman,
mengintropeksi diri, serta berdoa dan menyerahkan diri pada Tuhan.
Upaya dalam mengatasi penderitaan juga dapat dilakukan
dengan refresing dalam berbagai bentuknya seperti rekreasi, hiburan,
nonton, olah raga, jalan-jalan, kumpul-kumpul, nongkrong di café, belanja
menghabiskan waktu dan uang. Kedua, menyibukkan diri dalam berbagai
aktifitas yang diharapkannya bisa melupakan problem-problem hidupnya untuk
sementara. Ketiga, menghukum dirinya dengan duduk berjam-jam depan
komputer menghabiskan waktu dengan main game, chatting atau yang paling
populer sekarang, fesbukan.
Ketika penderitaan-penderitaan jiwa menghimpit seseorang
pengobatannya bukan dengan memperbanyak dzikir, wirid atau membaca asma
ul-husna, apalagi refreshing ke tempat-tempat hiburan. Yang seharusnya
dilakukan adalah merenung dan merenung, menghisab diri (introspeksi) atas semua
kesalahan, dosa, pembangkangan dan pelanggaran-pelanggaran agama yang pernah
dilakukan. Tapi, ini agak sulit. Tidak mudah orang menemukan dan menyadari
kesalahan-kesalahannya sendiri. Maka, cara yang benar adalah carilah
orang yang bisa memberikan nasehat!! Tanyakanlah mengapa masalah demi
masalah datang tak habis-habisnya, kemudian duduk, diam dan dengarkan orang
yang menasehati kita. Orang yang diminta nasehat harus orang yang tepat: yang
bersih hatinya, lurus hidupnya, jernih pandangannya, taat agamanya, satu kata
antara hati dan perbuatannya, bisa menguasai hawa nafsunya dan tidak mencintai
dunia. Dan yang penting dicatat, bukan orang (termasuk kiayi atau ahli hikmah)
yang memberikan resep-resep instan agar masalah cepat selsesai, tapi yang bisa
menguraikan kesalahan-kesalahan kita, membeberkan kelemahan dan kekurangan
kita, yang menunjukkan keburukan-keburukan kita, yang semua menjadi penyebab
yang tidak disadari (hijab ruhani) munculnya penyakit-penyakit dalam diri kita,
lahir maupun batin.
Sumber :
Buku Ilmu Budaya Dasar, Seri Diklat, Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar